Tiga Kesalahan Dalam Menulis Surat Lamaran Pekerjaan



Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis sebuah resume. Meskipun bentuk resume tidak selalu mencerminkan personality dari seorang kandidat, tetapi tidak dipungkiri bahwa resume yang menarik akan memberikan impresi pertama yang baik pula bagi praktisi HRD. Bagaimanapun juga, ketika berhadapan dengan banyak CV dari pelamar, mereka tidak memiliki cukup waktu untuk meneliti satu persatu secara detail.
Resume yang diterima perusahaan, biasanya akan langsung dikelompokkan ke dalam kategori “ya”, “tidak” atau “bisa jadi”. Rajat Taneja, Executive Vice President and Chief Technology Officer di Electronic Art menceritakan pengalamannya selama bertahun-tahun menyeleksi resume yang masuk ke perusahaannya. Dalam penuturannya, seperti dilansir dari linkedin.com, terdapat tiga kesalahan utama yang kerap dilakukan kandidat ketika menulis surat lamaran.
1. Fokus pada hal yang tidak perlu
Kesalahan pertama adalah ketika kandidat menuliskan tanggung jawabnya di perusahaan sebelumnya secara sangat detail. Mereka menjelaskan jobdesc tanpa memperlihatkan pencapaian yang telah mereka raih. Hasil apa yang telah mereka dapatkan, gebrakan apa yang telah mereka lakukan yang belum pernah dilakukan pendahulunya. Apa yang membedakan kandidat tersebut dengan yang lainnya.
Rajat juga menjelaskan bahwa semakin kuantitatif penjabaran sebuah resume, semakin mudah bagi penyeleksi untuk membacanya. Semakin mudah juga bagi mereka untuk memilih kandidat  melakukan diskusi lebih lanjut. Intinya adalah “numbers and metrics speak louder than word”.
2. Menulis essay ketika yang diperlukan hanyalah ringkasan
Ketika menulis resume, sajikan hal-hal yang memang krusial dan dengan penjelasan yang ringkas, mudah dimengerti. Semakin panjang dan padat penjabaran di resume, akan semakin sulit bagi perekrut untuk benar-benar memahami apa yang menjadi kelebihan dan prestasi si kandidat.
3. Meninggalkan pertanyaan yang tak terjawab
Kadang-kadang kandidat memunculkan tanda tanya bagi si perekrut di dalam resume yang ia tulis. Para kandidat tersebut tidak menyebutkan secara jelas alasan dari hal-hal yang mereka sebutkan di resume. Mereka cenderung menunggu untuk menjelaskannya ketika proses wawancara. Padahal, mungkin saja wawancara tersebut tidak akan terjadi jika perekrut tidak tertarik dengan resume yang kita berikan. Yang paling tepat adalah menempatkan diri pada posisi si penyeleksi.
Misalnya saja ketika di dalam resume dituliskan bahwa kandidat sering berganti pekerjaan. Akan muncul berbagai kemungkinan alasan di kepala perekrut. Bisa jadi karena memang kandidat tersebut tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan secara tuntas, atau karena cepat bosan. Dan itu mengurangi ketertarikan perekrut terhadap kandidat. Lebih baik bagi pembuat resume untuk menjelaskan, apakah karena pindah tugas atau karena akuisisi, atau sebab lainnya.
Kita mungkin memang tidak pernah bisa membuat resume yang sempurna  sesuai dengan keinginan perekrut. Tetapi dengan menghindari tiga kesalahan tersebut, setidaknya kita dapat membuat resume yang lebih baik, yang mempermudah perekrut untuk membacanya.

Postingan Populer